KEBUTHAN GIZI IBU DENGAN MASALAH DM,OBESITAS DAN ANEMIA
1. PENGERTIAN GIZI
Gizi adalah persediaan bahan-bahan atau makanan
yang dibutuhkan organisme maupun sel-sel untuk bertahan hidup. Sementara dalam
bidang ilmu pengetahuan dan medis, gizi dapat merujuk pada ilmu atau praktik
konsumsi serta penggunaan makanan.Tak hanya tentang metabolisme, gizi pun
berbicara mengenai bagaimana penyakit yang dapat dicegah atau diminimalkan
dengan makanan yang
sehat.Dengan demikian, pengertian
gizi juga berfokus pada bagaimana cara kita mengenali proses munculnya penyakit
yang disebabkan oleh faktor bahan pangan. Mulai dari pola makan yang buruk,
intoleransi terhadap makanan, hingga alergi makanan.
Pengertian gizi dengan asupan yang baik
Alasan di balik pentingnya nutrisi bagi
kesehatan.Dalam sehari-hari, tubuh manusia memerlukan energi agar dapat
beraktivitas dengan lancar. Makanan dan gizilah yang menjadi sumber energi
ini.Air, lemak, protein, dan karbohidrat juga harus dipenuhi dengan cukup agar
organ-organ tubuh bisa bekerja sebagaimana mestinya. Kecukupan vitamin dan
mineral pun harus diperhatikan supaya kesehatan selalu terjaga.Untuk memenuhi
gizi tersebut, perlu menerapkan pola makan sehat dan seimbang, sekaligus
menghindari jenis bahan pangan tertentu yang baik untuk tubuh. Misalnya,
mengonsumsi variasi sayur, buah, biji-bijian utuh (whole grain), serta
nasi merah, dan membatasi konsumsi makanan tinggi garam, makanan yang digoreng,
atau berlemak. Kita harus memastikan asupan gizi dari makanan terpenuhi, guna
mencegah kondisi kekurangan gizi. Kondisi ini terjadi ketika tubuh tidak
mendapatkan nutrisi dalam jumlah semestinya. Sebagai akibatnya, beragam masalah
kesehatan bisa muncul. Mulai dari gangguan pencernaan, masalah kulit,
bahkan demensia.
2. Kebutuhan gizi untuk wanita hamil dengan
Diabetes Melitus
Diabetes
gestasional adalah kondisi munculnya diabetes selama masa kehamilan, meski
sebelum hamil Anda tidak memiliki riwayat diabetes. Diabetes gestasional
adalah komplikasi
kehamilan yang terbilang cukup banyak terjadi. Diabetes
gestasional biasanya mulai berkembang di sekitar minggu ke-24 kehamilan.
Diabetes selama hamil dapat memengaruhi kesehatan ibu dan janin. Jika Anda
terdiagnosis dengan diabetes gestasional, penting bagi Anda untuk mengatur pola
makan sehat.
Pola makan yang ideal untuk ibu hamil
yang punya diabetes gestasional
Sama halnya seperti diabetes lainnya, banyaknya asupan
karbohidrat dapat meningkatkan kadar gula darah (glukosa). Glukosa ini akan
digunakan oleh tubuh sebagai sumber energi utama.
Untuk mencegah peningkatan gula darah ketika mengalami
diabetes gestasional, Anda dapat melakukan hal-hal berikut:
·
Makan
dalam porsi kecil, namun sering (daripada 3 kali sehari porsi besar, lebih
baik makan 6 kali sepanjang hari dalam porsi kecil) untuk menjaga kestabilan
berat badan selama hamil.
·
Sebar
waktu makan. Lebih baik memiliki jadwal makan utama dengan porsi kecil 3 kali
dan makan camilan 3 kali daripada dalam sehari hanya makan 3 kali langsung
dengan porsi yang besar
·
Jangan
menunda waktu makan, makan teratur.
·
Kurangi
makanan yang mengandung karbohidrat seperti roti, susu, buah, permen, dan soft
drinks.
Jenis karbohidrat yang baik untuk ibu
hamil pengidap diabetes
PIlih karbohidrat kompleks untuk memenuhi kebutuhan harian
Anda seperti roti gandum, kentang, nasi merah, pasta gandum, oatmeal, quinoa
jagung, buah segar, yogurt, dan lain-lain. Sumber-sumber karbohidrat
tersebut merupakan karbohidrat yang juga kaya akan zat lain seperti vitamin,
mineral,dan energi yang dibutuhkan ibu dan janin. Konsumsilah secara
teratur sepanjang hari. Tapi perlu juga diperhitungkan porsinya agar tidak
berlebihan.
Makanan sumber karbohidrat kompleks memiliki nilai indeks
glikemik rendah. Sebuah penelitian melaporkan bahwa ibu hamil pengidap
diabetes gestasional yang mengonsumsi makanan indeks glikemik rendah cenderung
lebih jarang bergantung pada penggunaan suntik insulin untuk menyeimbangkan
kadar gula darahnya. Pasalnya, makanan dengan indeks glikemik rendah akan membuat Anda kenyang
lebih lama, sehingga ngidam untuk ngemil makanan manis pun lebih terkendali.
Bagaimana dengan gula? Gula masih boleh dikonsumsi oleh ibu
hamil yang mengidap diabetes gestasional. Namun, hanya setengah sendok teh
gula saja untuk setiap jadwal makan besar.
Banyak karbohidrat yang harus dikonsumsi
Kebutuhan karbohidrat setiap orang pada dasarnya
berbeda-beda, sesuai dengan usia, tingkat aktivitas fisik, kadar gula darah,
berat badan, serta kondisi kesehatannya. Oleh karena itu, sebaiknya diskusikan
dengan dokter kandungan Anda atau mintalah rujukan pada ahli gizi untuk
merancang pola makan sehat serta jumlah karbohidrat yang Anda butuhkan.
Gambaran besarnya kira-kira seperti ini: makan pagi 15-30 gr
karbohidrat, snack pagi 15-30 gram karbohidrat, makan siang 45-60 gram
karbohidrat, snack sore 15-30 gram karbohidrat, dan makan malam 45-60 gram
karbohidrat.
Untuk perkiraan, 15 gram karbohidrat setara dengan:
·
sepotong
roti tawar
·
½
centong nasi (+/- 50 gram)
·
½
potong kentang ukuran sedang
·
1
buah apel ukuran sedang
·
1
buah pisang ukuran kecil
·
2
buah kiwi
·
½
potong mangga ukuran sedang
·
segelas
susu sapi (±250 ml)
Usahakan untuk tidak terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat
di awal hari, karena gula darah cenderung naik pada pagi hari.
Banyak Protein
Yang Diperlukan
Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi dan kebutuhan
tubuh ibu. Sumber protein yang baik yakni daging rendah lemak, daging ayam
tanpa lemak dan kulit, ikan, telur, kacang-kacangan. Makanan-makanan ini aman
karena tidak secara langsung memengaruhi gula darah.
Bagaimana konsumsi lemak yang dibutuhkan
Asupan lemak tidak secara langsung memengaruhi gula darah
ibu. Namun, kebanyakan makan lemak dapat meningkatkan berat badan. Berat badan berlebih selama hamil akan menyulitkan proses
kelahiran dan juga membuat pengendalian kadar gula darah semakin sulit.
Batasi jumlah lemak yang dikonsumsi khususnya lemak jenuh
(mentega, daging berlemak), dan ganti dengan lemak tidak jenuh dalam porsi
kecil. Contoh makanan sumber lemak tidak jenuh adalah minyak zaitun, minyak
bunga matahari, alpukat. Pilihlah daging yang tanpa lemak dan produk susu yang
rendah lemak.
Hal lainnya yang perlu diperhatikan
Selain itu, jangan lupa untuk menghindari minum minuman
keras dan batasi konsumsi kafein, baik dari kopi, teh, maupun minuman energi.
Perbanyak makan serat selama kehamilan untuk mencegah sembelit dan menstabilkan
lonjakan gula darah dari asupan makanan lainnya. Buah, sayur, dan
kacang-kacangan seperti kacang polong merupakan sumber serat yang baik bagi
tubuh.
3.
Kebutuhan gizi untuk
wanita hamil dengan obesitas
Obesitas dalam
kehamilan terjadi apabila seseorang memiliki BMI (body mass index) 30 kg/m2 atau
lebih. Umumnya perhitungan ini dilakukan saat pemeriksaan kehamilan pertama
kali. Obesitas dapat dibagi lebih lanjut menjadi tiga kelas, yaitu kelas I (BMI
30.0-34.9), kelas II (BMI 35.0-39.9), dan kelas III atau (BMI 40 dan lebih).
Kondisi obesitas
dalam kehamilan berhubungan dengan banyak sekali risiko, baik bagi ibu maupun
janin. Bagi ibu, selama kehamilan dapat meningkatkan risiko diabetes
gestasional, keguguran, preeklamsia, tromboemboli, obstructive sleep
apnea, bahkan kematian.
Risiko Hamil dengan Obesitas
Selain mempersulit ibu hamil untuk
bergerak, obesitas juga meningkatkan risiko ibu hamil mengalami:
- Persalinan yang sulit atau lama
- Diabetes
gestasional
- Perdarahan
pascapersalinan
- Gangguan jantung dan ginjal
- Apnea
tidur
- Melahirkan dengan operasi caesar
- Penggumpalan darah
- Preeklamsia
- Keguguran atau bayi lahir dalam keadaan tidak
bernyawa
Tidak hanya ibu hamil, janin juga
bisa merasakan dampak buruknya, seperti kecacatan atau lahir dengan berat badan
berlebih. Terlahir dengan berat badan berlebih bisa meningkatkan
risiko bayi mengalami obesitas saat ia mencapai masa kanak-kanak, serta
menderita diabetes dan penyakit jantung saat ia dewasa.
Untuk itulah penting bagi ibu hamil untuk menjaga
berat badannya. Menu makanan harian harus diperhatikan. Konsumsi susu ibu hamil juga tidak boleh
sampai terlewat. Agar kenaikan berat badan tidak melampau batas, fokus pada
menu makanan sehat.
Makanan Tinggi
Karbohidrat Kompleks
Dibandingkan dengan karbohidrat sederhana,
karbohidrat kompleks jauh lebih sehat. Kandungan serat di dalamnya bisa
membantu menekan keinginan untuk makan berlebih. Itulah kenapa jenis
karbohidrat ini banyak direkomendasikan sebagai diet sehat. Beberapa makanan
yang mengandung karbohidrat kompleks antara lain oat dan roti gandum.
Lauk Rendah Lemak
Harus diakui, lemak memang bisa membawa masalah
kesehatan termasuk meningkatkan berat badan. Akan tetapi bukan berarti Anda
bisa membuangnya dari menu makanan harian. Konsumsi saja lauk rendah lemak
seperti ikan. Selain itu, ikan juga kaya protein yang sangat penting untuk
membantu perkembangan janin. Anda juga bisa menemukan nutrisi yang sama
pada susu ibu hamil.
Sayur dan Buah
Sayuran dan buah-buahan harus selalu ada dalam menu
makanan Anda. Mineral dan vitamin di dalamnya sangat dibutuhkan untuk Anda dan
janin. Beberapa jenis sayur yang banyak direkomendasikan untuk ibu hamil di
antaranya adalah brokoli, bayam dan wortel. Sedangkan untuk buah, pilihlah
jenis buah yang tidak banyak mengandung gula.
4. Kebutuhan
gizi untuk wanita hamil dengan Anemia
Ibu hamil sangat rentan mengalami anemia. Hal ini
disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan tubuh Ibu akan zat besi, seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan.
Saat Ibu mengalami anemia, darah Ibu tidak
memiliki sel darah merah yang cukup sehat untuk mengangkut oksigen ke jaringan
Ibu dan kepada janin. Selama masa kehamilan, tubuh Ibu akan memproduksi lebih
banyak darah demi mendukung perkembangan janin di dalam kandungan Ibu. Jika Ibu
tidak mendapatkan zat besi yang cukup atau nutrisi penting lainnya, maka tubuh Ibu tidak akan mampu
memproduksi sel darah merah.
Penyebab Anemia Saat Hamil
Meskipun saat sebelum hamil Ibu tidak pernah
mengalami anemia, Ibu bisa saja mengalami anemia ketika hamil. Hal ini biasanya
disebabkan karena kurangnya asupan gizi, terutama zat besi. Kebutuhan zat besi
pada tubuh ibu hamil terus-menerus meningkat sesuai dengan usia kehamilan.
Zat besi adalah zat gizi penting untuk membentuk
hemoglobin, yakni protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh
jaringan dan organ tubuh. Selama masa kehamilan, jumlah darah dalam tubuh Ibu
meningkat hingga 50% lebih banyak dibandingkan dengan kondisi tubuh dalam
keadaan normal, sehingga Ibu memerlukan banyak zat besi yang membentuk hemoglobin
untuk mengimbangi kenaikan volume darah. Juga untuk memenuhi kebutuhan zat besi
bagi perkembangan janin dan plasenta.
Sayangnya, kebanyakan ibu hamil tidak menyadari
adanya peningkatan kebutuhan zat besi yang diperlukan tubuh, terutama pada
trimester kedua dan ketiga saat kebutuhan tubuh akan sel darah sangat meningkat
drastis. Jika Ibu berada dalam kondisi kekurangan zat besi untuk membentuk
hemoglobin yang diperlukan, maka Ibu berisiko mengalami anemia.
Risiko terserang anemia akut semakin meningkat
jika :
·
Nafsu makan
yang turun karena mual dan muntah
·
Sedang
mengandung lebih dari satu bayi.
·
Jarak antar
kehamilan terlalu dekat.
·
Pola makan
yang buruk, sehingga kebutuhan zat besi tidak tercukupi.
·
Jumlah darah
yang Ibu keluarkan saat menstruasi pada pra-kehamilan, terlalu banyak.
Selain kekurangan zat besi, anemia juga dapat
disebabkan karena kekurangan suplai asam folat atau vitamin B12, atau karena
penyakit tertentu, misalnya meiliki kelainan darah karena faktor keturunan.
Inilah alasannya mengapa suplemen zat besi belum tentu dapat mengatasi masalah
anemia. Cara penanganan anemia pada masa kehamilan harus sesuai dengan penyebabnya.
Kenali Gejala dan Risikonya
Anemia berdampak bagi kesehatan tubuh.
Gejala-gejala seperti pusing, cepat letih, lemas, tidak bersemangat, mata
berkunang-kunang, mudah mengantuk, sesak napas, daya tahan tubuh menurun, nafsu
makan yang turun, bahkan sampai pingsan merupakan tanda awal yang segera harus
diwaspadai agar tidak membahayakan kesehatan Ibu dan janin.
Jika Ibu mengalaminya, segera konsultasikan
dengan dokter agar pemeriksaan dapat dilakukan, terutama pemeriksaan darah.
Umumnya pemeriksaan darah dilakukan dengan memeriksa kandungan hemoglobin dalam
darah. Dengan deteksi dini anemia, tindakan pengobatan pun dapat dilakukan.
Kehamilan Ibu akan sangat berisiko jika
hemoglobin dalam darah pada masa kehamilan trimester pertama di bawah 11 gram
per desiliter dan pada trimester kedua dan ketiga di bawah 10 gram per
desiliter.
Kondisi kesehatan telah disebut kritis, bila
kadar hemoglobin dalam darah di bawah 6 gram per desiliter. Hemoglobin kurang
dari 5 gram per desiliter, dapat meningkatkan risiko kematian ibu dan anak. Ibu
akan merasa sangat lelah karena gangguan fungsi jantung akibat kurangnya suplai
oksigen ke seluruh tubuh.
Oleh karena itu, sangat penting untuk
memeriksakan kesehatan secara rutin pada setiap usia kehamilan, meskipun Ibu
tidak merasa sakit. Pemeriksaan hemoglobin yang teratur, diperlukan ketika Ibu
memutuskan untuk hamil. Sehingga beberapa terapi pencegahan bisa dilakukan
sejak dini.
Anemia yang dibiarkan hingga akan memasuki waktu
kelahiran, akan sangat membahayakan. Risiko yang terjadi bukan hanya berdampak
bagi Ibu, tetapi juga bayi yang akan dilahirkan. Anemia pada saat hamil
dapat mengakibatkan
keguguran, kelahiran
prematur, waktu bersalin yang
lama, pendarahan pasca-melahirkan, bayi lahir dengan berat rendah, hingga
kemungkinan bayi lahir dengan cacat bawaan dapat terjadi bila tidak ditangani
sejak awal.
Atasi Anemia Saat Hamil
Anemia pada saat hamil bisa diatasi dengan cepat,
jika sudah terdeteksi sejak dini sebelum memasuki usia kehamilan trimester
pertama. Sadar kesehatan dan waspada akan gejala-gejala anemia yang mungkin
terjadi adalah langkah pertama yang dapat Ibu lakukan untuk mencegah anemia.
Sadari Bahaya Anemia Saat Hamil Dengan :
·
Ketahui
potensi risiko Ibu akan mengalami anemia atau tidak, dengan melakukan
pemeriksaan darah di lab kesehatan dan konsultasikan hasilnya dengan dokter
untuk mendapatkan cara terbaik untuk menangani anemia.
·
Menjaga
penyerapan zat besi kedalam tubuh dengan mengonsumsi
makanan alami dengan zat
besi seperti daging, oatmeal, beras merah, kacang-kacangan, dan sayuran yang
berwarna hijau tua.
·
Jika Ibu
meminum suplemen zat besi, minumlah saat kondisi perut dalam keadaan kosong
dengan air mineral atau jus jeruk. Vitamin C dalam jus jeruk dapat membantu
penyerapan zat besi. Namun, bila Ibu dalam kondisi mual, disarankan agar
konsumsi suplemen zat besi dilakukan satu jam setelah makan.
·
Suplemen zat
besi akan bekerja dan hasilnya dapat Ibu rasakan dalam waktu satu minggu.
Produksi sel darah merah akan meningkat juga hemoglobin dalam darah. Biasanya
dalam waktu satu bulan, anemia sudah teratasi. Tetap teruskan penggunaan sesuai
dengan resep. Konsultasikan dengan dokter bila Ibu merasa perlu menambah atau
menghentikan pemakaiannya.
·
Hindari diet
secara berlebihan saat kehamilan, karena perubahan pola makan dapat berdampak
pada jumlah sel darah merah. Konsumsi makanan dengan asam folat dan vitamin C
untuk membantu penyerapan zat besi.
Bagus ya tulisannya
BalasHapusCemangat bidannn
BalasHapus