DETEKSI DINI PADA KASUS GANGGUAN CERNA/ PERUT BUNCIT DAN CIDERA LAHIR

 1. Pengertian


PERUT BUNCIT


·         Bayi baru lahir dengan perut buncit disertai atau tampa gejala tambahan seperti


·         muntah/ diare cukup sering ditemukan.


·         Perut anak yang membuncit bisa terjadi berbagai macam penyakit, bergantung pada apa yang membuat perut membuncit. Melalui pemeriksaan, dokter dapat mengetahui apakah isi perut itu cairan, benda padat, atau udara. Bila isinya cairan penyakitnya mungkin di hati, bila benda padat mungkin ada organ dalam seperti ginjal atau hati yang membesar atau bahkan tumor, bila isinya udara maka ini biasanya berhubungan dengan urusan saluran cerna.


·         Kondisi demikian apabila tidak segera ditangani dengan benar akan berakibat timbulnya komplikasi yang lebih buruk seperti dehidrasi, syok bahkan sampai kematian.


·         Kasus yang sering ditemukan di klinik adalah obstruksi intestinal, peritonitis, perdarahan dalam abdomen dan kelainan bawaan.


2. PENILAIAN


Kondisi bayi yang demikian dapat sebagai akibat kondisi yang telah terjadi sebelumnya yaitu kondisi dalam kehamilan dan persalinan. Dapat diperoleh melalui anamnese mengenai hal sebagai berikut :


a. Riwayat kehamilan : apakah terjadi infeksi sebelum persalinan, infeksi intrauterin


b. Riwayat kelahiran : Pecahnya ketuban berapa lama sebelum persalinan, apabila dijumpai polihidramnion dan oligohidramnion.


c. Riwayat BBL : waspada akan atresia esofagus ( banyak keluar lendir dan mulut berbusa), tidak BAB 2 hari.


3. TANDA DAN GEJALA


Serangan menangis

Gangguan minum

Muntah-muntah disertai atau tanpa cairan empedu

Dehidrasi dengan turgor kulit yang buruk

Ubun-ubun cekung

Perut membuncit dengan atau tanpa pembesaran hati

Ikterus

Diare bisa kadang2 konstipasi

4. PENATALAKSANAAN


 


Tanda-tanda 


Serangan menangis, Gangguan minum, Muntah-muntah disertai atau tanpa cairan empedu, Dehidrasi dengan turgor kulit yang buruk, Ubun-ubun cekung, Perut membuncit dengan atau tanpa pembesaran hati, Ikterus, Diare bisa kadang2 konstipasi


Katagori


Sepsis


Gastroentritis (ringan/ sedang/berat)


Ileus/ enterokolitis nekrotin (EKN)


Obstruksi saluran cerna


Penilaian


- Menangis


-       Lesu/ kurang aktif


-       Panas


-       Minum


-       Muntah (warna)


-       Diare


Lemah


Lemah


Kadang-kadang


Tak mau


Susu


Kadang-kadang


Normal/lemah


Lemah


Kadang-kadang


Tak mau


Susu


Sering


Lemah


Lemah


Tanpa


Tak dapat


Hijau/ darah


Tanpa


Lemah/ tidak


Gelisah


Tanpa


Tak dapat


Hijau/ susu


Tanpa


 


Katagori 


Sepsis 


Gastroentritis (ringan/ sedang/berat)


Ileus/ enterokolitis nekrotin (EKN)


Obstruksi saluran cerna


Penilaian


-       Konstipasi


-       Ikterus


-       Ubun-ubun


-       Turgor


-       Kembung


-       Hati


-       Perut nyeri di suatu tempat


Kadang- kadang


Kuning tua


Normal/ cembung


Normal


Kadang-kadang


Membesar


Kadang-kadang


Tanpa


Tanpa


Cekung


Kurang


Kadang-kadang


Normal


Kadang-kadang


Kadang- kadang


Tanpa


Normal


Normal


Tegang


Bisa normal


Kadang-kadang


Kadang- kadang


Tanpa


Normal


Normal


Tegang

Normal


Kadang-kadang


 


5. Macam-macam Gangguan Pada Pencernaan


1.Irritable bowel syndrome. Gangguan fungsi seluruh sistem pencernaan bayi sehingga menyebabkan sakit perut, sembelit, atau diare. 


Penyebabnya : belum diketahui pasti. Beberapa ahli memperkirakan berkaitan dengan kontraksi usus yang tidak normal. 


Gejala: kebiasaan buang air besar (BAB) berubah,  lebih sering  jika diare dan  lebih jarang jika sembelit. 


Atasi dengan: Menghentikan pemberian makanan atau minuman yang memicu timbulnya gejala, seperti yang banyak bumbu, terlalu manis, asam atau asin.


 


2.     Hipertrofi pilorus stenosis (Hypertrophy Pyloric Stenosis). 


Penyebabnya : karena kelainan saluran pencernaan, ditandai penyempitan  saluran usus 12 jari akibat penebalan  otot dinding usus, yang mengakibatkan  makanan akan dimuntahkan kembali oleh bayi. 


Gejala:  Muntah yang  biasanya muncul saat bayi berusia 2–12 minggu. Atasi dengan: Menjalani operasi kecil pada otot-otot pilorus yang disebut pyloromyotomy. Operasi dilakukan dengan menyayat,  tidak  memotong otot pilorus  yang menebal untuk melebarkan saluran.


 


3.     Sakit perut berulang. Sering dialami  anak  usia 3 tahun. Bayi  akan rewel karena belum mampu mengemukakan keluhannya.


Penyebabnya: bisa  gangguan psikologis, sosial, dan lingkungan yang memicu stres, seperti hari pertama sekolah. 


Gejala: Sakit perut berulang yang berupa serangan nyeri perut tiga kali atau lebih selama lebih dari tiga bulan dan mengakibatkan gangguan aktivitas. 


Atasi dengan: Mencari faktor penyebab utamanya. Bila disebabkan faktor psikis, konsultasikan kepada psikolog anak.


 


4.     Diare karena alergi. 


Penyebabnya: alergi terhadap protein susu sapi.


Gejala:  Diare berlendir dan terkadang terdapat darah, kulit gatal kemerahan dan batuk berdahak. 


Atasi dengan: Menghentikan pemberian susu sapi kepada bayi dan menggantinya dengan susu kedelai atau susu khusus yang proteinnya telah diproses. Hindari produk makanan yang mengandung susu sapi.


 


5.     Radang usus buntu. Dalam istilah medis disebut Appendicitis atau peradangan pada appendiks (usus buntu). 


Penyebabnya : karena ada sebagian kotoran di usus atau sisa makanan terperangkap di dalamnya. Apendiks yang radang akan  menyebabkan nyeri dan membuat usus rentan pecah. 


Gejala: Sakit perut, terutama dimulai di sekitar pusar dan bergerak ke samping kanan bawah, nafsu makan menurun, mual dan muntah, diare dam  demam.


Atasi dengan: Dilakukan operasi dengan membuka dinding perut untuk memotong dan membuang apendiks atau usus buntu yang meradang tersebut


 


6. Usus terlipat. Ini terjadi bila satu bagian usus masuk ke dalam usus yang terletak di atasnya dan terjadi secara spontan. Banyak dialami bayi yang usia  5-10 bulan .  Penyebabnya : belum diketahui. 


Gejala: Bayi menangis, muntah berupa  cairan  hijau, diare berdarah, dan bila ususnya sudah tersumbat total,  bayi tidak dapat buang angin dan buang air besar. 


Atasi dengan: Memberi cairan kontras untuk mengetahui bagian usus yang terlipat  atau dilakukan tindakan pembedahan.


 


7. Perdarahan saluran cerna atas. Bayi menunjukkan cairan muntah disertai bercak darah segar atau darah yang berwarna kehitaman seperti kopi,  akibat darah yang mengalami denaturasi oleh asam lambung.


Penyebabnya : karena ada luka tukak dan  duodenum (pada usus 12 jari) atau ada varises pada kerongkongan yang pecah. 


Gejala: Muntah darah dan kotoran (feses) yang dikeluarkan saat buang air besar berwarna hitam. 


Atasi dengan: Membawa bayi ke dokter atau rumah sakit terdekat.



8. Atresia bilier. Gangguan sistem pencernaan yang kerap dialami bayi di minggu pertama lahir. Gangguannya berupa penyumbatan total aliran empedu akibat saluran empedu hilang sebagian atau seluruhnya.


Penyebabnya : belum diketahui secara pasti. Namun diduga  berkaitan dengan infeksi oleh virus Sitomegalo Rubella, Rotavirus, dan Reovirus tipe.


Gejala:Bayi kuning sejak lahir, buang air kecil berwarna coklat dan  buang air besar berwarna putih seperti dempul.


 Atasi dengan: Membawa bayi  ke dokter, karena biasanya diatasi dengan tindakan operasi,  tidak cukup dengan menjemur bayi  yang kuning  selama 2-3 minggu.


Gangguan pencernaan lain: 


§  Refluks. Dialami oleh 50% bayi usia kurang dari 3 bulan dan 5% oleh bayi usia 10-12 bulan.


§  Diare karena infeksi. 70% kasus diare akut pada bayi disebabkan infeksi rotavirus. 


§  Kolik infantile. Dialami sekitar 20% bayi usia 2 minggu sampai 4 bulan.


§  Intoleransi laktosa. Banyak ditemukan pada bayi dan dapat hilang setelah anak berumur 3-4 tahun. 


§  Sembelit. Lebih sering ditemukan pada anak prasekolah dan anak sekolah. 


§  Kembung. Pada bayi umumnya karena sistem pencernaannya belum berkembang dan berfungsi dengan baik. 


Cegukan. Cegukan banyak dialami bayi karena belum “pandai” makan dan minum



 


A.  CAPUT SUCCEDDANEUM


151329540832863


1. Pengertian


a. Pembengkakan pada suatu tempat di kepala karena adanya timbunan getah bening di bawah lapisan aponerose di luar periostenum.


b. Caput suksedaneum adalah pembengkakan difus jaringan lunak kepala yang dapat melampaui sutura garis tengah.


 


2. Etiologi


Karena adanya tekanan pada kepala oleh jalan lahir, partus lama (Caput Succedaneum) dan persalinan dengan vakum ekstraksi (Caput Succedaneum artificiale).


 


3. Gambaran klinis


Kelainan ini sebagai akibat sekunder dari tekanan uterus atau dinding vagina pada kepala bayi sebatas caput. Keadaan ini dapat pula terjadi pada kelahiran spontan dan biasanya menghilang dalam 2-4 hari setelah lahir.


 


Gejala dan Tanda :


a. Adanya oedema di kepala


b. Pada perabaan teraba lembut dan lunak.


c. Oedem melampaui sela-sela tulang tengkorak


d. Batas tidak jelas.


e. Biasanya menghilang dalam waktu 2-4 hari tanpa pengobatan


Suction dari vacuum ekstractor dapat menyebabkan bengkak berbentuk lingkaran dan berwarna ungu “chignon” di atas kulit kepala bayi. Tepi dari kulit kepala dapat terjadi ekskoriasi dan kulit kepala yang terkoyak, yang mana dapat menyebabkan pengelupasan jaringan. Ketika suction yang berlebihan dihasilkan dari bagian vacuum atau saat seluruh lingkaran dari kulit kepala dapat terkelupas dari kepala. Hal ini selalu berbahaya terhadap infeksi. Dimana ada laserasi dan agen antiseptic diberikan, bedah plastik mungkin diperlukan.


 


4. Penatalaksanaan


Tidak diperlukan tindakan dan ada gejala sisa yang dilaporkan.


a. Bayi dirawat seperti pada perawatan bayi normal


b. Awasi keadaan umum bayi


c. Lingkungan harus dalam keadaan baik, cukup ventilasi, masuk sinar matahari


d. Pemberian ASI yang adekuat, ajarkan ibu cara menetekkan dengan tiduran untuk mengurangi anak jangan sering diangkat, agar benjolan tidak meluas


e. Mencegah terjadi infeksi dengan cara :


1. Perawatan tali pusat dengan baik


2. Personal hygiene yang baik


f. Memberikan penyuluhan kepada orangtua tentang :


1. Keadaan trauma pada bayi, tidak usah cemas karena benjolan akan menghilang 2-4 hari


2. Perawatan bayi sehari-hari


3. Manfaat dan cara pemberian ASI


tmp34d621_thumb2


B. CEPHAL HAEMATOME


1. Pengertian


a. Pembengkakan pada kepala karena adanya penumpukan darah yang disebabkan perdarahan sub periostenum


b. Cephal Haematome adalah perdarahan sub periosteal akibat kerusakan jaringan periosteum karena tarikan atau tekanan jalan lahir, dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah.


 


2. Etiologi


a. Tekanan jalan lahir terlalu lama pada kepala waktu persalinan.


b. Mullage terlalu keras sehingga selaput tengkorak robek.


c. Partus dengan tindakan.


1) Forsep


2) Vacum ekstraksi


 


3. Gambaran Klinis


Cephal haematom merupakan kumpulan darah di bawah periosteum bisa singular atau bilateral, darah tidak melewati garis sutura dari kepala bayi sehingga kepala bayi lembut atau empuk. Beberapa cephal haematom terjadi pada garis linear tulang kepala dimana sebagian besar sembuh dengan baik. Tanda yang jelas dari fraktur kepala adalah daerah yang tertekan dari kepala bayi, terutama sekali melebihi tulang parietal.


Tipe perlukan terjadi pada presentasi verteks ketika disporposi cephalopelviks menyebabkan kesulitan dalam persalinan dan biasanya berpengaruh terhadap tulang parietal sebagai presentasi, tetapi juga bisa berpengaruh pada kedua tulang parietal (biparietal cephal haematom) dan kadang terjadi pada tulang oksipital. Daerah dari kepala yang tertekan meningkatkan kemungkinan memotong dari tulang kepala yang mengalami perembesan sampai menutupi dura otak. Hal ini berhubungan dengan benturan yang berlebihan dari kepala bayi dengan lingkar tulang panggul selama persalinan, jaringan yang lunak dan keras dari kepala mengalami kerusakan, periosteum mulai terkoyak dari tulang cranial dan disana pengeluaran daerah merambat di bawah periosteum, akhirnya menyebabkan bengkak yang besar. Bengkak tidak ada saat lahir tapi hanya berkembang kira-kira 24 jam dan tidak melewati sutura.


Kelainan ini muncul beberapa jam setelah lahir, bisa bertambah besar dan agak lama menghilang (1-3 bulan). Pada gangguan yang luas dapat menimbulkan anemia dan hiperbilirubinemia. Kadang hematom tetap ada seperti gumpalan yang keras di atas kepala seperti kalsium yang diletakkan.


 


Tanda dan gejala :


a. Kepala bengkak dan merah


b. Batasnya jelas


c. Pada perabaan mula-mula keras lambat laun lunak


d. Menghilang pada waktu beberapa minggu.


 


4. Penataksanaan


Penatalaksanaan hampir sama dengan caput succedaneum (tidak perlu perawatan local) hanya lebih berhati-hati lagi, jangan sering diangkat dari tempat tidur. Cairan tersebut akan hilang dengan sendirinya dalam waktu 1 minggu. Bertambahnya ukuran dari hematom dan bukti lain dari perdarahan yang luas adalah indikasi tambahan penyelidikan, meliputi studi radiografi dan pengkajian faktor pembekuan. Pemeriksaan x-ray tengkorak dilakukan. Bila dicurigai adanya fraktur (mendekati hampir 5% dari seluruh cephal haematom), perlu pemantauan haemoglabin, hemotokrit dan bilirubin. Aspirasi darah dengan jarum tidak perlu dilakukan, aspirasi merupakan kontraindikasi


Asuhan kebidanan meliputi menjaga posisi bayi pada posisi berlawanan dengan daerah cephal haematoma, dan kolaborasi dengan tim pediatric untuk tes Imaging.


Tugas bidan dalam kasus ini adalah : menentramkan hati orangtua dengan menjelaskan bahwa kondisinya hanya temporer, hal ini tidak berpengaruh terhadap otak bayi karena kerusakannya diluar tengkorak dan akhirnya menghilang.


Hal ini penting untuk dilaporkan bidan kepada dokter karena mungkin dasar fraktur yang linear dari kepala dan dapat juga kerusakan intracranial.


 


3.      2. Trauma syaraf


4.      1. Saraf fasialis


Kerusakan pada saraf fasialis biasanya terjadi akibat kompresi saraf terhadap ramus mandibula akibat penggunan bilah forsep, yang menyebabkan palsi falsialis unilateral.kelopak mata pada sisi yang terganggu tetap terbuka dan mulut tertarik kesisi yang normal. Jika bayi tidak dapat menutup rapat mulutnya saat menyusu kepayudara atau saat diberi dot, mungkin akan dijumpai sedikit kesulitan saat pertama kali memberikan susu pada bayi. Kondisi ini biasanya pulih dengan sendirinya dalam 7-10 hari.


 


·         2. Palsi erb


    Terjadi kerusakan dipleksus brakialis bagian atas yang mengenai akar saraf serviks kelima dan keenam. Lengan bayi yang terganggu mengalami ritasi kedalam,siku ekstensi,pinggang mengalami pronasi dan fleksi,dan tangan menutup sebagian. Posisi ini umumnya dikenal sebagai “posisi tip pelayan”. Lengan lunglai,meskipun sedikit pergerakan jari dan lengan masih mungkin dilakukan.


 


3.Palsi klumpke


Terjadi kerusakan fleksus brakialis bagian bawah yang mengenai akar saraf serviks ketujuh dan kedelapan dan akar saraf toraks pertama. Lengan atas bergerak dengan normal, tetapi lengan bawah, pergelangan tangan dan tangan terganggu. Terjadi kulai pergelangan tangan ( pergelangan tangan terjatuh ) dan paralisis kulai pada tangan tanpa disertai refleks menggenggam.


 


4.Trauma Pada Fleksus Brachialis (BRACHIAL PALSI)


1. Pengertian


Kelumpuhan pada fleksus brachialis.


2. Etiologi


a. Tarikan lateral pada kepala dan leher padawaaktu melahirkan pada presentasi kepala.


b. Apabila lengan ekstensi melewati kepala dan presentasi bokong atau terjadi tarikan yang berlebihan pada bahu.


 


3. Gejala


a. Gangguan motorik lengan atas.


b. Lengan atas dalam kedudukan ekstensi dan abduksi.


c. Jika anak diangkat maka lengan akan lemas tergantung.


d. Refleks moro negative


e. Hipertensi dan fleksi pada jari-jari


f. Refleks meraih dengan tangan tadi ada


g. Paralisis dari lengan atas dan bawah.


 


4. Penatalaksanaan


a. Immobilisasi parsial dan penempatan lengan yang sesuai dengan mencegah terjadinya kontraktor.


b. Beri penguat atau bidai selama 1-2 minggu pertama kehidupannya.


Caranya :


Letakkan tangan bayi yang lumpuh di samping kepalanya yaitu dengan memasang verband pada pergelangan tangan bayi.


Semua tipe trauma pleksus brakialis memerlukan penyelidikan lebih lanjut, seperti pemeriksaan sinar X dan pemindaian ultrasaunografi (ultrasound scanning, USS ),dan pengkajian sendi.latihan pergerakan sendi dan ekstremitas yang pasif dapat dimulai dibawah arahan seorang ahli fisioterapi. Saat bayi berusia sekitar satu bulan, MRI (magnetic resonance imaging) dapat memberikan data spesifik mengenai kerusakan saraf.


Pemulihan spontan dalam beberapa hari sampai beberapa minggu diharapkan terjadi pada mayoritas bayi. Tindak lanjut direkomendasikan. Bayi yang tidak mengalami pemulihan fungsional pada usia 4 bulan mungkin memerlukan perbaikan melalui prosedur bedah.


3.FRAKTUR


a. FRAKTUR CLAVICULA


 


1. Pengertian


Patahnya tulang clavikula pada saat proses persalinan biasanya kesulitan melahirkan bahu pada letak kepala dan melahirkan lengan pada presentasi bokong.


 


2. Tanda / Gejala


a. Bayi tidak dapat menggerakkan lengan secara bebas pada sisi yang mengalami gangguan.


b. Bayi rewel karena kesakitan.


c. Adanya krepitasi dan perubahan warna kulit di tempat yang sakit/fraktur.


 


3. Penatalaksanaan


a. Jangan banyak digerakkan


b. Immobilisasi lengan dan bahu pada sisi yang sakit.


c. Rawat bayi dengan hati-hati.


d. Nutrisi yang adekuat (pemberian ASI yang adekuat dengan cara menganjurkan ibu cara pemberian ASI dengan posisi tidur, dengan sendok, dengan pipet).


e. Rujuk ke RS/ Pelayanan kesehatan lainnya.


 


b. FRAKTUR HUMERUS


Kelainan ini terjadi pada kesalahan teknik dalam melahirkan lengan pada presentasi puncak kepala atau letak sungsang dengan lengan membumbung ke atas. Pada keadaan ini biasanya sisi yang terkena tidak dapat digerakkan dan refleks Moro pada sisi tersebut menghilang. Prognosis penderita sangat baik dengan dilakukannya imobilisasi lengan dengan mengikat lengan ke dada, dengan memasang bidai berbentuk segitiga dan bebat Valpeau atau dengan pemasangan gips. Dan akan membaik dalam waktu 2-4 minggu.


1.       


2.      c. FRAKTUR TULANG TENGKORAK


Kebanyakan fraktur tulang tengkorak terjadi akibat kelahiran pervaginam sebagai akibat penggunaan cunam atau forceps yang salah, atau dari simpisis pubis, promontorium, atau spina ischiadica ibu pada persalinan dengan diproporsi sefalopelvik. Yang paling sering adalah fraktur linier yang tidak menimbulkan gejala dan tidak memerlukan pengobatan, serta fraktur depresi yang biasanya kelihatan sebagai lekukan pada kalvarium yang mirip lekukan pada bola pingpong.


Semua fraktur ini harus direposisi untuk menghindari cedera korteks akibat tekanan yang terus-menerus dengan menggunakan anesthesi lokal dalam minggu pertama dan segera setelah kondisi bayinya stabil.


1.       


2.      d. FRAKTUR FEMORIS


Kelainan ini jarang terjadi, dan bila ditemukan biasanya disebabkan oleh kesalahan teknik dalam pertolongan pada presentasi sungsang. Gejala yang tampak pada penderita adalah pembengkakan paha disertai rasa nyeri bila dilakukan gerakan pasif pada tungkai. Pengobatan dilakukan dengan melakukan traksi pada kedua tungkai, walaupun fraktur hanya terjadi unilateral. Penyembuhan sempurna didapat setelah 3-4 minggu pengobatan.


1.       


2.      e. FRAKTUR DAN DISLOKASI TULANG BELAKANG


3.       


Kelainan ini jarang ditemukan dan biasanya terjadi jika dilakukan traksi kuat untuk melahirkan kepala janin pada presentasi sungsang atau untuk melahirkan bahu pada presentasi kepala. Fraktur atau dislokasi lebih sering pada tulang belakang servikal bagian bawah dan torakal bagian atas. Tipe lesinya berkisar dari perdarahan setempat hingga destruksi total medulla spinalis pada satu atau lebih aras (level) cerebral.


Keadaan bayi mungkin buruk sejak kelahirannya, disertai depresi pernafasan, syok dan hipotermia. Kalau keadaannya parah dapat memburuk dengan cepat sampai menimbulkan kematian dalam beberapa jam. Pada bayi yang selamat, pengobatan yang dilakukan bersifat suportif dan sering terdapat cedera permanen.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERUNDANG-UNDANGAN YANG MELANDASI TUGAS, PRAKTIK DAN FUNGSI BIDAN

Teori-Teori yang Mendasari Pengambilan Keputusan Dalam Menghadapi Dilema Etik Dan Moral DalamPelayanan Kebidanan.

DETEKSI DINI KELAINAN LETAK/MALPRESENTASI PADA MASA KEHAMILAN ATERM